a.
Pengertian
Pikiran dan Logika
Manusia
memiliki otak yang sangat istimewa, dibandingkan dengan makhluk hidup yang ada
di dunia otak manusia tergolong sangat besar jika dibandingkan dengan tubuhnya.
Hal ini menyebabkan manusia tercipta sebagai makhluk yang dikatakan cerdas
karena di dalam otak yang besar tersimpan potensi pemikiran-pemikiran yang luar
biasa juga. Walaupun bukan sebuah jaminan kepala yang besar memiliki otak yang
besar. Sesungguhnya semakin banyak sel otak yang diaktifkan dan diasah semakin
bagus juga pikiran seseorang.
Pada dasarnya pikiran dan otak
bukanlah satu hal yang identik, tetapi lebih kepada sesuatu yang sifatnya saling
mendukung dan saling ketergantungan. Otak merupakan sebuah organ yang berifat
konkrit berupa fisik tempat bersemayamnya pikiran, dengan berat kurang lebih
1,5 kg yang terdiri dari air sebanyak 80%. Pada umumnya otak manusia kurang
dari 2,5% tubuh maanusianya tetapi menggunakan energy yang sangat besar yakni
20% dari energy total yang dibutuhkan oleh tubuh dan otak terdiri dari 100
milyar neuron (sel otak). Sementara itu
pikiran merupakan fungsi dari otak, terdiri dari pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar, sesungguhnya pikiran tidak sadar yang mendominasi dari
aktifitas manusia karena dalam sebuah penelitian diketahui bahwa pikiran tidak
sadar berperan dan eksis 6/7 dari aktifitas dan pikiran sadar hanya berperan
1/7 saja. Dari hasil penelitian gelombang pikiran dapat dibedakan menjadi 4
yaitu :
a.
Gelombang Beta (14-100 Hz), kognitif,
analitis, otak kiri, konsentrasi, pemilahan, prasangka, pikiran sadar, aktif, cemas, waswas, khawatir, stress, figh or disease, hormon
cortisol & neropinephrine.
b.
Gelombang Alfa (8-13,9 Hz), khusyuk,
relaksasi, meditatif, focus-alertness superlearning, akses nurani bawah sadar, ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat, puas, segar, bahagia, endorfin & serotonin.
c.
Gelombang Teta (4-7,9 Hz), Sangat
Khusyuk, Deep meditation,
Problem-solving, mimpi, Intuisi, Nurani, Bawah sadar,
Ikhlas, Kreatif, Integratif, Hening, Imajinatif, Hormon melatonin, catecholamine&
arginine-vasopressin (AVP).
d.
Gelombang Delta (0,1-3,9 Hz), Tidur Lelap (tanpa mimpi), non-phisical state, nurani
bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan perasaan, Human Growt Hormone.
Gelombang-gelombang diatas
dipancarkan oleh pikiran kita tiap harinya entah dalam frekuensi yang mana,
namun kita dapat mengira-ngira tempat pikiran kita pada frekuensi mana melalui
suasana dan keadaan kita sekarang apakah kita sedang gembira, tenang, sedih
ataupun acuh tak acuh.
Dalam kamus besar bahasa
Indonesia pikiran berarti hasil berpikir (memikirkan), pengertian ini hampir
sama dengan pengertian logika. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia logika
berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir; ilmu mantik dan jalan pikiran yang
masuk akal.
Istilah logika pertama kali
digunakan oleh Zeno (334-262 SM) dalam pembuatan school logikos. Logikos
berasal dari kata logos yang berarti sesuatu yang diutarakan sesuatu yang
dipertimbangkan akal (pikiran), kata percakapan dan bahasa. Dengan demikian
secara etimologis logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutarakan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Sebagai bagaian dari filsafat,
logika kerap disebut sebagai ilmu logika yang mempelajari tentang kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu yang dimaksud dalam
konteks ini merupakan kemampuan rasional untuk mengetahui sesuatu dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam
tindakan.
b.
Kekuatan
Pikiran
Ketika
kita mencoba mencari buku-buku umum yang membahas tentang kekuatan pikiran dan
otak tentu saja kita akan merasa kebingungan untuk mendapat buku yang terbaik
sebab telah beredar ribuan buku yang membahas tentang kekuatan pikiran ini. Di
dunia barat khususnya dalam bidang filsafat kekuatan pikiran untuk pertama kali
dalam era pertengahan hingga pencerahan dicetuskan oleh Rene Descartes dengan
semboyan ‘Cogito ego Sum’ yang berarti ‘aku berpikir maka aku ada’. Dengan semboyan ini dijadikan suatu tonggak
awal berdirinya sebuah pandangan filsafat rasionalisme yang mengutamakan
pikiran dan logika. Sebuah kebenaran hanya dapat dijangkau dengan menggunakan
rasio atau logika yang berdasar atas kekuatan pikiran. Lebih lanjut Marcus
Aurelius menyatakan “You are what you
think you are” yang artinya engkau adalah apa yang engkau pikirkan.
Semboyan ini seakan menegaskan kita ini terbentuk dari pikiran kita sendiri.
Pikiran yang menentukan kearah mana kita dan kita akan seperti apa.
Dalam sebuah buku fenomenal dunia
yang berjudul ‘The Secret’ dijelaskan dan dipaparkan seperti apa sesungguhnya
rahasia pikiran itu. Pikiran merupakan suatu kekuatan yang menyatu dengan alam.
Dalam hal ini terdapat suatu keterikatan
yang sangat erat antara alam semesta (makrokosmos) dengan tubuh manusia
utamanya pikiran (Microkosmos). Pada dasarnya antara pikiran dan alam memiliki
sebuah kekuatan yang disebut dengan daya tarik seperti halnya pada magnet
dengan besi. Semakin dekat daya tariknya juga semakin besar, namun ada syarat
yang harus dipenuhi jika kita ingin menarik kekuatan alam dan membawa apa yang
kita inginkan ke dalam kehidupan kita yang riil yakni kekonsistenan terhadap
apa yang kita pikirkan. Sebab pikiran kita sesungguhnya memancarkan sinyal
berupa gelombang setiap saat. Ketika kita konsisten dan berfokus terhadap sesuatu
yang kita inginkan maka cepat atau lambat apapun yang kita inginkan akan
disediakan dan didekatkan oleh alam entah bagaimana caranya dan kapan waktunya.
Sebaliknya jika kita tidak konsisten terhadap sesuatu dan memiliki rasa
ragu-ragu maka dengan otomatis otak bawah sadar kita akan membuat suatu
simpulan berupa penolakan atau kebalikan atas apa yang kita pikirkan
sebelumnya. Dengan kata lain otak kita akan memancarkan sinyal kepada alam
untuk mmenjauhkan apa yang kita harap sebelumnya. Dengan demikian berpikir yang
positif sangat penting dan berguna demi kehidupan kita yang lebih baik.
c. Pikiran Dalam Taittriya Upanisad
Tidak kalah dengan
buku-buku modern, dalam susastra Hindu baik yang di nusantara maupun di India
juga banyak yang membahas masalah pikiran. Banyak sloka-sloka yang menyebutkan
tentang Manas atau Manah istilah untuk pikiran. Salah satunya adalah Taittriya
Upanisad. Dalam Taittriya Upanisad dijelaskan :
Mano va va vacoco byuyah, yatha vai dve
vamalake dve va kole dvau vaksau mustir anubhavati, evam vacam ca mana ca mano’
nubhavati, sa yada manasa manasyati; mantran adhiyiyeti, athadhite, karmani
kurviyeti, atha kurute, putrams ca pasumsceccheyeti,athecchate, imam ca lokam,
amum ceccheyeti, athecchate; mano hy atna, mano hi lokah, mano hi brahma; mana (Taittiriya
Upanisad III.4.1)
Artinya:
Manah (pikiran) bisa dipastikan lebih besar dari wicara. Seperti pula
tangan yang dikepalkan menggenggam dua biji buah amalaka atau dua buah biji
kola atau dua biji buah aksa, demikian pula manah menggenggam wicara dan
kehendak sebab bila seseorang melalui manah mempunyai kehendakuntuk mempelajari
kidung suci, kemudian dia akan mempelajarinya. Bila dia mempunyai manah untuk
menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya
manah untuk mendapat keturunan danternak, kemudian dia akan menginginkannya.
Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan
menginginkannya. Manah sebenarnya adalah atma . manah sebenarnya adalah dunia,
manah adalah Brahman semadilah terhadap manah.
Dari terjemahan diatas dapat
diketahui bahwa manah adalah alat tubuh yang dalam (antah karana) yang memiliki
penghayatan. Dia mempunyai untuk tugas-tugasnya, ketetapan, putusan pilihan.
Ini dikatakan atma sebab atma mempunyai sifat sebagai yang berbuat dan penikmat
ketika manah menjalankan tugasnya. Lebih lanjut dikatakan apapun yang
dip[ikirkan kemungkinan besar akan terjadi, seperti bila dia mempunyai manah untuk
menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya
manah untuk mendapat keturunan dan ternak, kemudian dia akan menginginkannya.
Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan
menginginkannya. Tidak ada hal yang tidak bisa digapai oleh kekuatan pikiran
seseorang sehingga pikiran diidentikkan dengan tuhan dalam wujud atma oleh
Taittriya Upanisad ini. Jika dilihat dengan seksama ada suatu benang merah
antara pandangan tentang pikiran zaman
modern dengan pandangan tentang pikiran zaman Upanisad. Kesamaan ini tentu
bukan satu hal yang bisa dianggao sebuah kebetulan semata.
Sa yo mano brahmety upaste, yavan manaso
gatam, tatrasya yatha kama-caro bhavati yo mano brahmety upaste; asti bhagavah,
manaso bhuya iti; manaso va va bhuyo’ stiti; tan me, bhagavan, bbravitv
(Taittiriya Upanisad III.4.2)
Artinya:
Dia yang
semadi kepada manah sebagai Brahman akan menjadi terbebas sepanjang manh
mencapainya, dia yang semadi atas manah kepada Brahman, ‘adalah junjunganku,
yang lebih besar dari manah’ memang ada sesuatu yang lebih besar dari manah’.
‘Mohon ajarkan kepada hamba’.
Dalam sloka diatas dapat kita lihat
seberapapun hebatnya kekuatan pikiran tersebut masih ada yang lebih hebat lagi
yakni keinginan yang disebut dengan Samkalpa. Sesuatu itu tidak hanya cukup
dipikirkan semata-mata tetapi perlu diinginkan juga. Dengan keinginan kita baik
sebgaja ataupun tidak akan berusaha membuka peluang-peluang untuk menikmati dan
mengerjakan apa yang kita inginkan. Jika
benar demikain hal ini akan sejalan dengan pandangan dalam buku modern The Secret. Tergentung seberapa
konsisten kita menginginkan sesuatu dan menarik keinginan kita untuk datang
mendekati kita.
Selain
hal tersebut, Swami Vivekananda pernah menjelaskan bahwa orang yang pikirannya
terlatih tidak akan membuat kesalahan. Jika pikiran dikonsentrasikan dan
dibalik pada pikiran itu sendiri, maka semua yang ada di sekeliling kita akan
menjadi pelayan bukan menjadi majikan kita. Orang-orang yunani menerapkan
konsentrasi mereka pada hal-hal eksternal, sehingga hasilnya,mereka sempurna
dalam seni, kesusastraan dan lain-lian. Sedangkan orang-orang Hindu
mengkonsentrasikan pikiranya pada dunia internal, pada kesadaran yang tak
tampak dalam diri sejati, sehingga merekapun menemukan pengetahuan yoga . Yoga
adalah pengetahuan untuk mengendalikan indra, niat dan pikiran. Keuntungan dari
pelajaran yoga ini adalah kita belajar mengendalkan dan bukannya dikendalikan.
Untuk dapat berhasil anda harus
memiliki ketekunan tinggi dan kemauan kuat “Aku akan mereguk air samudra” kata
mereka yang jiwanya tekun. “Dengan kemauanku gunungpun akan hancur” miliki
kemampuan, kemauan yang seperti itu, bekerja keraslah maka anda akan mencapai
tujuan.