Translate

Jumat, 13 Mei 2016

Pikiran, logika dan Taittriya Upanisad



a.      Pengertian Pikiran dan Logika
            Manusia memiliki otak yang sangat istimewa, dibandingkan dengan makhluk hidup yang ada di dunia otak manusia tergolong sangat besar jika dibandingkan dengan tubuhnya. Hal ini menyebabkan manusia tercipta sebagai makhluk yang dikatakan cerdas karena di dalam otak yang besar tersimpan potensi pemikiran-pemikiran yang luar biasa juga. Walaupun bukan sebuah jaminan kepala yang besar memiliki otak yang besar. Sesungguhnya semakin banyak sel otak yang diaktifkan dan diasah semakin bagus juga pikiran seseorang.
Pada dasarnya pikiran dan otak bukanlah satu hal yang identik, tetapi lebih kepada sesuatu yang sifatnya saling mendukung dan saling ketergantungan. Otak merupakan sebuah organ yang berifat konkrit berupa fisik tempat bersemayamnya pikiran, dengan berat kurang lebih 1,5 kg yang terdiri dari air sebanyak 80%. Pada umumnya otak manusia kurang dari 2,5% tubuh maanusianya tetapi menggunakan energy yang sangat besar yakni 20% dari energy total yang dibutuhkan oleh tubuh dan otak terdiri dari 100 milyar neuron (sel otak). Sementara itu  pikiran merupakan fungsi dari otak, terdiri dari pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, sesungguhnya pikiran tidak sadar yang mendominasi dari aktifitas manusia karena dalam sebuah penelitian diketahui bahwa pikiran tidak sadar berperan dan eksis 6/7 dari aktifitas dan pikiran sadar hanya berperan 1/7 saja. Dari hasil penelitian gelombang pikiran dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :

a.      Gelombang Beta (14-100 Hz), kognitif, analitis, otak kiri, konsentrasi, pemilahan, prasangka, pikiran sadar, aktif, cemas, waswas, khawatir, stress, figh or disease, hormon cortisol & neropinephrine.
b.      Gelombang Alfa (8-13,9 Hz), khusyuk, relaksasi, meditatif, focus-alertness superlearning, akses nurani bawah sadar, ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat, puas, segar, bahagia, endorfin & serotonin.
c.      Gelombang Teta (4-7,9 Hz), Sangat Khusyuk, Deep meditation, Problem-solving, mimpi, Intuisi, Nurani, Bawah sadar, Ikhlas, Kreatif, Integratif, Hening, Imajinatif, Hormon melatonin, catecholamine& arginine-vasopressin (AVP).
d.     Gelombang Delta (0,1-3,9 Hz), Tidur Lelap (tanpa mimpi),  non-phisical state, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan perasaan,  Human Growt Hormone.
Gelombang-gelombang diatas dipancarkan oleh pikiran kita tiap harinya entah dalam frekuensi yang mana, namun kita dapat mengira-ngira tempat pikiran kita pada frekuensi mana melalui suasana dan keadaan kita sekarang apakah kita sedang gembira, tenang, sedih ataupun acuh tak acuh.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pikiran berarti hasil berpikir (memikirkan), pengertian ini hampir sama dengan pengertian logika. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia logika berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir; ilmu mantik dan jalan pikiran yang masuk akal.
Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno (334-262 SM) dalam pembuatan school logikos. Logikos berasal dari kata logos yang berarti sesuatu yang diutarakan sesuatu yang dipertimbangkan akal (pikiran), kata percakapan dan bahasa. Dengan demikian secara etimologis logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Sebagai bagaian dari filsafat, logika kerap disebut sebagai ilmu logika yang mempelajari tentang kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu yang dimaksud dalam konteks ini merupakan kemampuan rasional untuk mengetahui sesuatu dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. 

b.     Kekuatan Pikiran
            Ketika kita mencoba mencari buku-buku umum yang membahas tentang kekuatan pikiran dan otak tentu saja kita akan merasa kebingungan untuk mendapat buku yang terbaik sebab telah beredar ribuan buku yang membahas tentang kekuatan pikiran ini. Di dunia barat khususnya dalam bidang filsafat kekuatan pikiran untuk pertama kali dalam era pertengahan hingga pencerahan dicetuskan oleh Rene Descartes dengan semboyan ‘Cogito ego Sum’  yang berarti ‘aku berpikir maka aku ada’.  Dengan semboyan ini dijadikan suatu tonggak awal berdirinya sebuah pandangan filsafat rasionalisme yang mengutamakan pikiran dan logika. Sebuah kebenaran hanya dapat dijangkau dengan menggunakan rasio atau logika yang berdasar atas kekuatan pikiran. Lebih lanjut Marcus Aurelius menyatakan “You are what you think you are” yang artinya engkau adalah apa yang engkau pikirkan. Semboyan ini seakan menegaskan kita ini terbentuk dari pikiran kita sendiri. Pikiran yang menentukan kearah mana kita dan kita akan seperti apa.
            Dalam sebuah buku fenomenal dunia yang berjudul ‘The Secret’ dijelaskan dan dipaparkan seperti apa sesungguhnya rahasia pikiran itu. Pikiran merupakan suatu kekuatan yang menyatu dengan alam. Dalam hal ini terdapat suatu  keterikatan yang sangat erat antara alam semesta (makrokosmos) dengan tubuh manusia utamanya pikiran (Microkosmos). Pada dasarnya antara pikiran dan alam memiliki sebuah kekuatan yang disebut dengan daya tarik seperti halnya pada magnet dengan besi. Semakin dekat daya tariknya juga semakin besar, namun ada syarat yang harus dipenuhi jika kita ingin menarik kekuatan alam dan membawa apa yang kita inginkan ke dalam kehidupan kita yang riil yakni kekonsistenan terhadap apa yang kita pikirkan. Sebab pikiran kita sesungguhnya memancarkan sinyal berupa gelombang setiap saat. Ketika kita konsisten dan berfokus terhadap sesuatu yang kita inginkan maka cepat atau lambat apapun yang kita inginkan akan disediakan dan didekatkan oleh alam entah bagaimana caranya dan kapan waktunya. Sebaliknya jika kita tidak konsisten terhadap sesuatu dan memiliki rasa ragu-ragu maka dengan otomatis otak bawah sadar kita akan membuat suatu simpulan berupa penolakan atau kebalikan atas apa yang kita pikirkan sebelumnya. Dengan kata lain otak kita akan memancarkan sinyal kepada alam untuk mmenjauhkan apa yang kita harap sebelumnya. Dengan demikian berpikir yang positif sangat penting dan berguna demi kehidupan kita yang lebih baik.

c.  Pikiran Dalam Taittriya Upanisad
Tidak kalah dengan buku-buku modern, dalam susastra Hindu baik yang di nusantara maupun di India juga banyak yang membahas masalah pikiran. Banyak sloka-sloka yang menyebutkan tentang Manas atau Manah istilah untuk pikiran. Salah satunya adalah Taittriya Upanisad. Dalam Taittriya Upanisad dijelaskan :
Mano va va vacoco byuyah, yatha vai dve vamalake dve va kole dvau vaksau mustir anubhavati, evam vacam ca mana ca mano’ nubhavati, sa yada manasa manasyati; mantran adhiyiyeti, athadhite, karmani kurviyeti, atha kurute, putrams ca pasumsceccheyeti,athecchate, imam ca lokam, amum ceccheyeti, athecchate; mano hy atna, mano hi lokah, mano hi brahma; mana (Taittiriya Upanisad III.4.1)
Artinya:
Manah (pikiran) bisa dipastikan lebih besar dari wicara. Seperti pula tangan yang dikepalkan menggenggam dua biji buah amalaka atau dua buah biji kola atau dua biji buah aksa, demikian pula manah menggenggam wicara dan kehendak sebab bila seseorang melalui manah mempunyai kehendakuntuk mempelajari kidung suci, kemudian dia akan mempelajarinya. Bila dia mempunyai manah untuk menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya manah untuk mendapat keturunan danternak, kemudian dia akan menginginkannya. Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan menginginkannya. Manah sebenarnya adalah atma . manah sebenarnya adalah dunia, manah adalah Brahman semadilah terhadap manah.
            Dari terjemahan diatas dapat diketahui bahwa manah adalah alat tubuh yang dalam (antah karana) yang memiliki penghayatan. Dia mempunyai untuk tugas-tugasnya, ketetapan, putusan pilihan. Ini dikatakan atma sebab atma mempunyai sifat sebagai yang berbuat dan penikmat ketika manah menjalankan tugasnya. Lebih lanjut dikatakan apapun yang dip[ikirkan kemungkinan besar akan terjadi, seperti bila dia mempunyai manah untuk menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya manah untuk mendapat keturunan dan ternak, kemudian dia akan menginginkannya. Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan menginginkannya. Tidak ada hal yang tidak bisa digapai oleh kekuatan pikiran seseorang sehingga pikiran diidentikkan dengan tuhan dalam wujud atma oleh Taittriya Upanisad ini. Jika dilihat dengan seksama ada suatu benang merah antara pandangan tentang  pikiran zaman modern dengan pandangan tentang pikiran zaman Upanisad. Kesamaan ini tentu bukan satu hal yang bisa dianggao sebuah kebetulan semata.
Sa yo mano brahmety upaste, yavan manaso gatam, tatrasya yatha kama-caro bhavati yo mano brahmety upaste; asti bhagavah, manaso bhuya iti; manaso va va bhuyo’ stiti; tan me, bhagavan, bbravitv (Taittiriya Upanisad III.4.2)
Artinya:
Dia yang semadi kepada manah sebagai Brahman akan menjadi terbebas sepanjang manh mencapainya, dia yang semadi atas manah kepada Brahman, ‘adalah junjunganku, yang lebih besar dari manah’ memang ada sesuatu yang lebih besar dari manah’. ‘Mohon ajarkan kepada hamba’.
            Dalam sloka diatas dapat kita lihat seberapapun hebatnya kekuatan pikiran tersebut masih ada yang lebih hebat lagi yakni keinginan yang disebut dengan Samkalpa. Sesuatu itu tidak hanya cukup dipikirkan semata-mata tetapi perlu diinginkan juga. Dengan keinginan kita baik sebgaja ataupun tidak akan berusaha membuka peluang-peluang untuk menikmati dan mengerjakan apa yang  kita inginkan. Jika benar demikain hal ini akan sejalan dengan pandangan dalam buku modern The Secret. Tergentung seberapa konsisten kita menginginkan sesuatu dan menarik keinginan kita untuk datang mendekati kita.
Selain hal tersebut, Swami Vivekananda pernah menjelaskan bahwa orang yang pikirannya terlatih tidak akan membuat kesalahan. Jika pikiran dikonsentrasikan dan dibalik pada pikiran itu sendiri, maka semua yang ada di sekeliling kita akan menjadi pelayan bukan menjadi majikan kita. Orang-orang yunani menerapkan konsentrasi mereka pada hal-hal eksternal, sehingga hasilnya,mereka sempurna dalam seni, kesusastraan dan lain-lian. Sedangkan orang-orang Hindu mengkonsentrasikan pikiranya pada dunia internal, pada kesadaran yang tak tampak dalam diri sejati, sehingga merekapun menemukan pengetahuan yoga . Yoga adalah pengetahuan untuk mengendalikan indra, niat dan pikiran. Keuntungan dari pelajaran yoga ini adalah kita belajar mengendalkan dan bukannya dikendalikan.
            Untuk dapat berhasil anda harus memiliki ketekunan tinggi dan kemauan kuat “Aku akan mereguk air samudra” kata mereka yang jiwanya tekun. “Dengan kemauanku gunungpun akan hancur” miliki kemampuan, kemauan yang seperti itu, bekerja keraslah maka anda akan mencapai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar