PANDANGAN MASYARAKAT YANG MEKANIS INDIVIDUALIS
a) Hanya ada individu-individu
Masyarakat tidak dilihat sebagai kesatuan organis atau badan yang
berdiri sendiri, melainkan sebagai kejamakan (plurality), yang terdiri dari
banyak individu, yang hanya dalam penampakan merupakan kesatuan. Kesatuan
mereka bersifat semu. Sesungguhnya masyarakat terdiri dari kemauan-kemauan
individual yang mampu memilih antara hidup bersama atau hidup sendirian. Bila
mereka kebetulan memilih untuk hidup bermasyarakat, mereka tetap memiliki dan
mempertahankan individualitas mereka masing-masing. Jadi individu mendahului
masyarakat. Otonomi dan kebebasan individu merupakan nilai yang paling asli.
Argumentasi yang mendasari teori individualistis ini, berbunyi sebagai berikut:
“Keluarkanlah semua individu dari masyarakat, lalu masyarakat akan berhenti;
tetapi bubarkanlah masyarakat serta lembaga-lembaganya, individu masih tetap
akan ada!”
Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) penah mendefinisikan masyarakat sebagai “kontrak
sosial” yang diadakan antara pihak-pihak otonom. Dengan kata lain, tidak ada kaitan
sosial batiniah yang dari dalam diri manusia mempersatukan mereka menjadi
masyarakat. Tidak ada sosialitas berdasar relasi-relasi batiniah yang menjadi individu mahkluk sosial.
Individu bukan “sel”, sebab istilah ini mengandaikan adanya suatu antarhubungan
dari dalam atau suatu posisi
kedudukan fungsional didalamnya, tetapi individu lebih seperti atom ataupun
molekul yang telah utuh dan sempurna dalam dirinya. Dengan sesukanya dia dapat
berdiri sendiri dan juga dapat bebas memilih berhungan dengan zat yang lain.
Individu tak lebih daripada inividu-individu yang mencari kombinasi. Manusia
bersatu dengan orang lain hanya menurut struktur-struktur lahiriah.
Individualistas merupakan sumsum masyarakat.
b)
Tidak
ada evolusi atau perubahan sosial
Teori ini mengatakan
bahwa sesungguhnya masyarakat tidak mengalami evolusi dan tidak maju. Ini
disebabkan karena hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi
lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, sehingga masyarakatpun tidak
berubah. Selalu ada dan akan ada konfrontasi dan aduan kekuatan antara kekuatan antara pusat-pusat
individual, konfrontasi disusul suatu orde atau keseimbangan baru, yang pada
pokoknya tidak jauh berbeda dari yang lama.
Pandangan diatas disebut dengan the
seesaw theory of history, maksudnya masyrakat diibaratkan seperi mainan
ungkat-ungkit. Pada intinya masyarakat hanyalah mencari sebuah keseimbangan dan
bukan perubahan. Meskipun pada suatu hal ada yang nampaknya mengalami perubahan
tetapi itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu pertukaran posisi antar
individu. Seperti contoh seperti orang yang kaya bangkrut dan ada orang yang
dulunya miskin bangkit dan sukses menjadi orang kaya, itu hanya merupakan
pertukaran posisi seperti roda yang berputar.
c)
Mekanisme
sebagai bagan masyarakat
Masyarakat diibaratkan
seperti mesin atau aparat raksasa yang digerakkan oleh roda pemerintahan,
selayaknya mesin memiliki banyak suku cadang yang harus disatukan agar mampu
dioperasikan, mereka disatukan dari luar dan mengadakan hubungan dengan
lahiriah saja, sewaktu-watu dapat dibongkar lagi.
Sosiologi yang
menggunakan organisme sebagai bagannya akan selalu menarik perhatian kepada
masa depan, sebaliknya sosiolagi yang menggunakan mekanisme sebagai bagan akan
mencoba mencari kebelakang guna mencari sebab-sebab semua gejala sosial.
2. Beberapa Tokoh Pendasar Mekanisme
* thomas Hobbes (1588-1679)
Pengalaman
imperis adalah satu-satunya sumber pengetahuan ilmuah yang sah. Masyarakat
hanyalah kumpulan individu yang egoisnya mengejar kepentingan mereka sendiri.
Ini mengakibatkan perang dengan teman sendiri dan homo homoni lupus dan rasa
takut terjadi. Rasa takut ini mendorong orang untuk mengusahakan keseimbangan.
Pada suatu ketika keseimbangan dengan menerapkan kekuatan fisik diganti derngan
dengan hukum. Orang rela melepaskan sebagian kebebasannya kepada demi mendapat
perlindungan hukum, keamanan dan barang yang dibutuhkan demi perkembangan
hidupnya.
*john
locke (1632-1704)
Individu
mengikat dirinya kepada hidup bernegara agar tercapai suatu keadaan dimana tak
ada seorangpun yang lebih kuat daripada yang lain. Dimata hukum semuanya sama.
*hendry Charles carey (1793-1879)
Dalam bukunya
yang berjudul principles of social science Ia mengatkan bahwa manusia adalah
molekul masyarakat. Masyarakat dijadikan satu bukan karena ada naluri sosial
didalamnya tetapi adanya gaya tarik menarik antar anasir-anasir yang positif
dan negatif. Tiap anasir ditarik dan mmenarik sekaligus. Hukum ini desebut
dengan gaya berat sosial dengan bunyi, “Semakin banyak orang yang berkumpul
pada suatu tempat, semakin besar daya penariknya.”
Kebudayaan
juga dilihat sebagai hasil dari hukum-hukum mekanis, seperti contohnya
molekul-molekul yang berputar dan berbenturan meraka akan bertukaran energi,
baik panas, cahaya ataupun segalanya, namun dalam bidang sosial pertukaran yang
terjadi adalah pertukaran gagasan-gagasan dan jasa-jasa.
B. VILFREDO PARETO
(1848-1923)
1. Catatan Biografi
Seorang
berkebangsaan Italia, pada tahun 1869 ia mempertahankan tesisnya tentang ‘prinsip-prinsip
dasar ekuailibrium yang berlaku pada badan-badan padat”. Ia pernah bekerja
dalap kereta api sebagai insinyur dan pemimpin dan akhirnya dia terjun ke
politik yang menentang pemerintah. Pada tahun 1882 Ia gagal sebagai anggota DPR
dan suatu ketika Ia ditinggal istrinya ke Rusia hingga Ia menjadi prustasi dan
pesimisme. Ia meninggal pada 19 Agustus 1923 di kota Celigny.
2. sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang positif
Ia
berpendapat sosiologi pada zamannya belum bermutu sesuai dengan yang diharap.
Ia juga tidak menyetujui gelar August Comte sebagai bapak sosiologi. Pareto
berpendapat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan imperis tidak bertujuan untuk
menyebarluaskan gagasan tentang masyarakat yang ideal. Tetapi menyajikan fakta
mengenai masyarakat yang nyata dan dapat ditinjau dan diuraikan oleh tiap-tiap
orang. Sosiologi harus bersifat logis dan ekperimental. Preto mencita-citakan
suatu sosiologi yang mendasarkan atas kreteria matematika rasional, yang selalu
sah dan tidak berubah.
Ada
dua langkah sosiologi untuk menarik suatu pengertian masyarakat, yaitu yang
pertama realitas sosial yang dialami sebagai serba aneka dan jamak, didasarkan
oleh akal budi dan konsep ini disebut dengan konsepsual. Kedua, hasil
konseptualisasi dan analisis harus disusun kembali, sehingga melukiskan
masyarakat sebagaimana adanya.
3. masyarakat terdiri dari prilaku manusia
Pareto
menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh
individu-individu. Ia membedakan antara prilaku logis dan nonlogis, dikatakan
logis apabila prilaku itu direncanakan akal-budi dengan berpedoman pada tujuan.
Sedangkan sesuatu prilaku yang tidak ada tujuan dan atau tidak mencapai tujuan
disebut sebagai nonlogis.
Ia
mengatakan bahwa hampir segala sesuatu yang berhubungan dengan politik bersifat
nonlogis, ada dua tipe prilaku nonlogis yang paling sering menonjol adalah:
banyak orang yang berpikiran subjektif bahwa susuatu perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan padahal tidak ada hubungan antara objek antara tingkah itu
dengan tujuan itu. Selanjutnya seseorang
mencapai sasaran sesuai dengan tujuan dan perhitungan yang diharapkan namun
setelah semuanya tercapai timbul suatu
keadaan kebalikan dari apa yang diharapkan. Sejauh akibat-akibat negatif itu
tidak diperhitungkan, Pareto menganggap hal itu tidak logis juga.
Masyarakat
yang ditegakkan oleh individu-individu senantiasa mencari suatu keseimbangan.
Perasaan individu otomatis melawan sesuatu yang mengancam keseimbangan itu.
Seandainya rasa otomatis itu tidak ada atau hilang dapat dikatakan bahwa
masyarakat akan goyah, tapi masyarakat senantiasa mencari suatu keseimbangan
hal ini menyebabkan terjadinya perang hanya dalam beberapa saat saja. pareto
mangatakan bahwa sesungguhnya masyarakat itu bersifat konservatif.
Manusia
sesungguhnya tidak bebas, tetapi ia ditakdirkan untuk menegakkan keadaan yang seimbang itu. Jika
saja ada pergolakan sifatnya hanya semenatara dan merupakan masa peralihan dari
keadaan seimbang sebelumnya ke masa seimbang berikutnya. Di antara stabilizing forces paret menyebutkan :
kondisi-kondisi geografis berupa tanah, flora, fauna. Unsur-unsur pengaruh baik
dari masyarakat-masyarakat luar maupun dari tradisi lama masyarakat
sendiri seperti pengaruh feodalisme di
masa lampau. Unsur-unsur mekanis dalam diri manusia yang disebut
‘perasaan-perasaan’ yaitu naluri-naluri, residu-residu derivasi-derivasi,
kepentingan dan faktor-faktor rasial dan etnis. Khusunya faktor
sosio-psikologis inilah yang menggerakkan mesin masyarakat, menghasilkan
prilaku nonlogis dan oleh karenanya disebut sebagai karburator masyarakat.
4. unsur-unsur mekanis dalam individu yang menegakkan sistem sosial dan
melandasi keseimbangannya
a. residu-residu
Diberikan istilah residu atau endapan
karena struktur dasar manusia sama, mantap dan tidak berubah sepanjang
peredaran zaman. Kondrat manusia telah ditentukan sehingga dengan sendirinya
mengarah pada pola tertentu yang selalu sama. Selanjutnya semua golongan
perbuatan manusia dapat digolongkan menurut beberapa jenis. Jenis-jenis ini
menentukan adanya perbedaan struktural pada diri manusia. Satu pihak
jenis-jenis itu harus dibedakan dengan naluri biologis manusia tetapi masih
mirip dengan naluri-naluri dan mereka disebut dengan “residu-residu” yang
membentuk keperibadaian seseorang.
Ada
sekitar 50 jenis residu tetapi hanya 6 yang paling menonjol, seperti :
1.
Orang-orang cenderung menggabungkan hal-hal yang
tidak ada hubungannya satu dengan yang lain sehingga menjadi kombinasi baru
2.
Kecenderungan untuk mempertahankan suatu
kombinasi yang sudah pernah dibuat. Residu ini disebut dengan the persistence of aggregates. Residu
ini menerangkan bertahannya adat-istiadat, moral, agama dan struktur perkawinan.
Residu ini mengimbangi kecenderungan kearah perubahan dan pencarian kombinasi baru, dan merupakan
salah satu mekanisme penting bagi keseimbangan masyarakat.
3.
Adanya kecendrungan untuk mengungkapkan emosi
secara lahiriah melalui tangisan, teriakan, tepuk tangan dan sebagainya.
4.
Sosialisasi atau kecenderungan untuk bersatu
dengan orang lain. Residu ini mengekibatkan terciptanya suatu
organisasi-organisasi baik itu
masyarakat dan di dalam lingkungan keluarga.
5.
Kecenderungan untuk mempertahankan diri sebagai
individu yang utuh. Setiap individu selalu berusaha untuk menjaga nama baiknya.
Ia akan melawan orang lain untuk memperjuangkan
kedudukan dan kepentingannya.
6.
Kecendrungan untuk mengarahkan dan mengungkapkan
seksualitas.
Dari keenam residu-residu diatas sesungguhnya dapat dibagi menjadai dua
kelompok yaitu kelompok yang aktif dan produktif pada diri manusia (residu
pertama dan ketiga), dan kelompok kedua yang
meliputi kecendrungan yang konservatif dan konformistis.
b. derivasi-derivasi
Manusia tidak hanya
tidak hanya merasa diri didorong untuk bertindak atas cara tertentu, melainkan
juga untuk membenarkan dan mempertanggung-jawabkan tindakannya secara teoritis.
Tanpa itu manusia akan merasa gelisah dan penghormatannya sebagai manusia akan
merasa lebih rendah. Kelakuan yang sebenarnya berasal dari sentimen dan residu
yang bercirikan nonlogis dan tidak wajar dirasionalisasikan secara buatan.
Rasionalisasi dan pembenaran atas perbuatan yang nonlogis disebut dengan
derivasi. Deverisiasi ini sesungguhnya artinya penurunan, karena pembenaran
atas teori berasal atau diturunkan oleh suatu perbuatan. Sesungguhnya manusia
menciptakan sejumlah teori untuk menjelaskan atas cara rasional kelakuannya
yang bukan rasional.
Pareto mangatakan bahwa, derivasi-derivasi dengan mudah
diganti-ganti, tetapi residu-residu yang menentukan pola prilaku manusia tetap
sama. Ada tiga jenis derivasi yaitu :
1.
Cara menyatakan diri yang paling sederhana
dengan mengatakan sesuatu memang sudah begini atau begitu. Sesuatu itu sudah
muthlak dan mentok hanya seperti itu saja.
2.
Dengan cara menampung pada kewibawaan orang lain
atau kekuasaan Tuhan sendiri.
3.
Orang dengan mudah akan dapat membenarkan
sesuatu yang dianggapnya cocok atau bersesuaian dengan perasaan, kepentingan,
atau keinginan mereka.
c. kesukaan
Orang biasanya tidak membuat derivasi atau pembenaran untuk hobi
atau kegemaran mereka. Jadi boleh dikatakan bahwa kesukaan berbeda dari residu
hanya sejauh kecenderungan ini mendasari perilaku yang tidak dimasalahkan,
tidak didiskusikan atau perlu dirasionalkan.
d. Kepentingan
Semua individu dan golongan digerakkan
dan dirangsang oleh apa yang menjadi kepentingan mereka dalam bentuk barang,
kedudukan, atau kekuasaan. Kepentingan ini digunakan untuk naluri seseorang
yang mencari kenikmatan atau keuntungan semaksimal mungkin tetapi dengan
pengorbanan seminimal mungkin.
e. Heterogenitas sosial
Tiap individu tidaklah sama dilihat dari intelektual, moral,
fisik, kita harus mengatakan bahwa masyarakat sepenuhnya berbeda. Masyarakat terdiri dari banyak-banyak
kelompok dan golongan, yang atas caranya sendiri-sendiri berinteraksi satu sama
lain. Dalam tiap kelompok pasti ada saja seseorang yang muncul sebagai sesuatu
yang lebih dan dijadikan ‘elit’. Orang elit ini adalah orang yang paling
berpengaruh di dalam kelompok. Dibidang pemerintahan negara orang itu mampu
memperoleh kedudukan dan kekuasaan, entah dengan cara kekerasan fisik, siasat
dan strategi politik tetentu.
Apabila orang yang tidak termasuk kaum elit yang berkuasa dan
kaum elit menjadi rakyat biasa disana kita dalam keadaan yang disebut dengan
‘pergantian kaum elit’. Apa yang disebut dengan perubahan politik, perubahan
haluan negara dan revolusi pada pokoknya hanya merupakan pergantian kaum elit
yang berkuasa.
Kaum elit yang merebut kekuasaan dengan kekuatan fisik disebut
sebagai ‘the lions’, sedangkan jika kaum cerdik dan pintar dan memakai taktik
bohong untuk mengelabuhi yang berkuasa disebut dengan ‘the foxes’. Suatu saat
‘the foxes’ menggantikan ‘the lions’ yang berkuasa namun tak selang beberapa
lama kembali ‘the lions’ merebut kekuasaan ‘the foxes’. Demikian terus berulang
dan berulang. Sesungguhnya sejarah tidak ada yang ada hanya sebuah pengulangan
hanya saja dengan cover yang berbeda. Sebab unsur-unsurnya telah ada
sebelumnya.
5. Sekedar evaluasi
Rasa benci terhadap manusia meresapi
sosiologi pareto. Terpengaruh oleh pengalaman pribadi yang pahit getir, ia
melukiskan manusia dan masyarakat sebagai produk dan manifestasi dan naluri
bawaanya yang buta. Ia bukan makhluk yang terhormat rasionalitasnya hanya
memainkan peranan yang minimal dan sekunder dalam hidup.
Sosiologi Pareto yang bertujuan untuk
menelanjangi masyarakat dan memperlihatkan keadaan yang sebenarnya merupakan
ilmu pengetahuan yang suram, memalukan dan menyedihkan. Orang sederhana
dianggap tidak kuat untuk mengenal kebenaran tentang diri mereka. Maka dari itu
Pareto setuju bahwa berdasar alasan praktis mereka sebaiknya dikelabuhi saja
yakni dibuat percaya akan nilai-nilai moral yang sedang berlaku. Sebaiknya
rakyat biasa dibiarkan bodoh saja dan ditidurkan oleh agama dan cinta tanah air
atau patriotisme. Tidak ada gunanya untuk menerangkan kepada mereka keadaan
yang sebenarnya.
Manusia mempunyai kebebasan untuk
mengungkapkan pikiran dan semaunya sendiri. Kebebasannya sendiri berarti bahwa
kelaukuannya tidak diterminir dari luar maupun dalam, tetapi dipertimbangkan
oleh manusia sendiri. Pada tiap diri manusia memiliki naluri dan kecenderungan
spontan bersifat biologis dan psikis namun :
a.
Naluri-naluri itu tidak sedemikian lengkap dan
memadai serta menjamin kelangsungan dan perkembangan hidupnya sebagai manusia.
b.
Mereka merupakan bagian situasi yang dibawah
kontrolnya, dan terhadap ia bertanggung jawab.
Manusia tidak
memiliki sarana-sarana biologis dan psikologis yang diperlukan demi ketahanan,
perlindungan dan perkembangan hidupnya, ia harus membuat sendiri. Hasil buatan
manusia itu kita sebut dengan kebudayaan. Ia bebas dalam menentukan isi dan
bentuknya. Dalam berinteraksi dengan orang lain ia menghasilkan sesuatu baik
sandang, papan maupun pangan, alat kerja , adat istiadat, pengetahuan, hukum,
bahasa dll.
Pandangannya
juga mengatakan bahwa pergantian kaum elit tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Disini ia memberikan dua alasan yang mendasar yaitu:
a.
Distingsi yang dibrikan kepada orang yuang cakap
dan tidak cakap tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak ada orang yang menguasai
segala bidang kehidupan dengan kecerdasannya, orang selalu mempunyai bakat yang
lebih pada satu bidang saja.
b.
Setiap orang mempunyai kreteria tersendiri untuk
mengatakan orang itu unggul, sedang atau rendah. Karena yang digunakan adalah
kreteria yang berbeda maka seorang olahragawan, agamawan, sastrawan dan
lain-lain tidak akan dinilai sama di semua masyarakat. Tinggi rendahnya status
seseorang tergantung dari nilai-nilai yang dipegang di suatu masyarakat.
Sehingga pergantian pemimpin mempunyai
hubungan dengan perubahan nilai-nilai budaya.
Pereto
mengatakan bahwa tiap-tiap masyarakat demi kepentingannya perlu dipimpin oleh
suatu kaum elit. Orang cakap harus diberi kesempatan untuk naik di tangga
hirarki. Sedangkan orang yang tidak cakap harus dapat dicopot dari posisi
tinggi mereka. Menurut kenyataan masyarakat merupakan suatu sistem kasta,
dimana orang yang sedang berkuasa saling melindungi dan membela. Sistem
kongkalikong seperti ini menimbulkan ketegangan dan kegawatan.
Antagonisme
antara pihak yang berkuasa dengan oposisi dan pergantian kaum elit dilukiskan
oleh pareto sebagai konflik antara the lions (tipe manusia yang meliteristis)
dengan the foxes (tipe manusia yang lebih mementingkan kecerdasan dari
keberanian).
Pareto telah
memimpikan dan mencita-citakan suatu keadaan tercapailah keseimbangan antara
kedua golongan elit. Mereka memegang pucuk pimpinan secara silih berganti. Tetapi
dalam praktek masyarakat dibawah pemerintah apapun harus mencari-cari kompromi
dan keseimbangan antara yang lama dengan yang baru, antara tradisi dengan
inovasi antara mereka yang mau berjalan terlalu cepat dan mereka yang terlalu
lambat.