PERAYAAN SARASWATI DAN
MAKNANYA
Tiap hari
Sabtu/ Saniscara Umanis wuku Watugunung menurut kalender Bali (210 hari sekali).
Umat Hindu di Indonesia merayakan hari suci Saraswati. Perayaan ini umumnya
lebih semarak dirayakan oleh kalangan anak-anak hingga remaja yang masih sedang
mengenyam pendidikan. Bagaimana tidak, karena pada hari inilah masyarakat hindu
percaya dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu pengetahuan menurunkan Ilmu
pengetahuan tersebut ke dunia. Hingga kita sebagai manusia dapat menikmati dan
mengembangkan Ilmu pengetahuan tersebut. Perayaan Saraswati saat
persembahyangannya lebih di tekankan dilaksanakan pada pura di sekolah
masing-masing.
Menurut
lontar Sundari Gama tentang Brata Saraswati,
pemujaan Saraswati hendaknya dilakukan sebelum tengah hari yakni sebelum
jam 12 siang. Ini mungkin dimaksudkan seperti halnya kita belajar dalam masa
brahmacari hendaknya dimulai sejak dini. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu
untuk belajar sebab semakin bertambah usia kita, semakin berat juga tantangan
hidup yang mesti kita hadapi. Bila kita terus menunda untuk belajar otomatis
kita akan kewalahan dan bahkan tidak akan mampu menyelesaikan tantangan yang
kita hadapi, disinilah pentingnya belajar sejak dini. Dengan belajar sejak dini,
setidaknya kita memiliki bekal senjata untuk menghadapi tantangan hidup meski
tantangan itu seberat apapun. Dalam Sarasamuscaya disebutkan :
Duhkhe swanu dwighna manah Nikhesu wigata
sprhah wita soka bhaya krsdhah sthira dhiramunir ucyate. Sang kinahaning
kaprajnan ngaranya,tan alara tatankataman kroda, mwang takut prihati,langgeng
mahening juga tutur nira, apan majnana
Artinya :
Orang yang
memiliki keprajnyanan, tidak bersedih jika mengalami kesusahan, tidak bergirang
hati jika mengalami kesenangan, tidak kerasukan nafsu marah dan rasa takut
serta kemurungan, melainkan selalu tetap tenang juga pikirannya dan tutur
katanya, karena berilmu, budi mulia pula
disebut orang yang arif bijaksana.
Disamping
itu dalam lontar Sundari Gama juga disebutkan hingga tengah hari tidak
diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan
sastranya. Ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita dalam hari suci Saraswati itu
tidak melakukan kesalahan dalam belajar lebih-lebih dalam menulis, karena dalam
Saraswati tidak diperkenankan membunuh aksara (huruf). Karena kita percaya
bahwa huruf aksara itu merupakan stana dari dewi Saraswati .
Perayaan
Saraswati merupakan perayaan yang memfokuskan pada penghormatan kepada Tuhan, karena
beliau telah berkenan menurunkan ilmu pengetahuan yang sangat dapat
dimanfaatkan oleh umat manusia. Dalam aspek ini umat Hindu mempersonifikasikan
Tuhan yang bersifat acintya tersebut dalam wujud seorang wanita cantik
bertangan empat yang diberi gelar sebagai Dewi Saraswati. Perwujudan ini bukan
asal-asalan semata. Sebab terdapat beberapa makna yang tersirat dalam
perwujudan dewi Saraswati ini. Dimulai dari mengapa diberi nama Saraswati.
Saraswati (sanskerta) terdiri dari kata Saras yang berarti sesuatu yang
mengalir atau ucapan dan Vati yang berarti memiliki. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Saraswati sebagai yang memiliki sifat mengalir atau makna ucapan.
Maksudnya adalah pengetahuan itu sendiri yang mengalir terus menurus seiring
tahun dan seirimg zaman. Ilmu pengetahuan kekal dan berkembang seiring
berjalannya waktu memberikan suatu manfaaat yang luar biasa dalam kehidupan
manusia.
Dewi
Saraswati, memegang empat benda yang dipegang oleh keempta tangannya. Empat
benda itu adalah :
1.
Pustaka suci (veda), yang banyak orang juga
menyebut cakepan,lontar dan sebagainya
melambangkan sebagai sumber dari segala jenis ilmu pengetahuan baik itu parawidya
(pengetahuan tentang tuhan) ataupun aparawidya (pengetahuan tentang semua ciptaan
tuhan).
2.
Genitri, melambangkan pengetahuan tidak akan
pernah habis-habisnya untuk dipelajari, bahkan hingga manusia itu tua dan akan
meninggalpun ilmu itu tak akan pernah habis dipelajari. Banyak orang mengatakan
“long life education” atau bila di-Indonesiakan berarti belajar
seumur hidup. Disamping itu genitri juga merupakan sarana pemujaan Tuhan secara
Universal, sehingga kita dapat simpulkan dengan ilmu pengetahuan kita berupaya
untuk mencapai Tuhan.
3.
Wina, merupakan alat music sejenis rebab, yang
nantinya dapat bersuara merdu. Ini melambangkan pengetahuan juga mengandung
unsure estetika atau seni.
4.
Teratai (padma), melambangkan sebuah kesucian,
bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya suci dan selalu benar, biarpun dalam
kehidupan ini ada berbagai penyakah gunaan ilmu pengetahuan tpi pada dasarnya
bukan ilmunya yang salah. Namun para oknum pengguna ilmu itu yang salah
menempatkan dan menggunakan ilmunya. Padma juga melambangkan buana agung dan
buana alit.
Selain yang disebutkan diatas di
sekeliling dewi Saraswati juga terdapat :
1.
Angsa, melambangkan sikap satwan dan bijaksana.
Dan mampu hidup di tiga tempat yaitu air, tanah dan udara. Begitu pula
hendaknya orang yang berprndidikan mampu bijaksana dan siap hidup dalam situasi
seperti apapun itu juga.
2.
Padma, yang melambangkan alam semesta, dengan
delapan penjuru mata angin yaitu asta dewata. Sebagai stana tuhan.
3.
Merak, melambangkan wibawa, seperti yang telah
dijabarkan diatas dengan ilmu pengetahian kewibawaan seseorang akan muncul.
Disamping itu merak juga melambangkan ego, artinya orang yang berpengetahuan
harus berani menyatakan dirinya bisa atau pintar selama tidak berlebihan.
Karena jika berlebihan nantinya akan kesombongan yang muncul dan merusak
baginya.
Ada yang unik dari perayaan saraswati
yang berupa salah satu bagian dari banten Saraswati yakni terdapat simbul
cecak. Menurut ahli Antropologi, bangsa Austronesia (nenek moyang kita)
meyakini baha cecak mmemiliki kekuatan dan kepekaan terhadap getaran-getaran
spiritual. Tidak dapat dipungkiri juga hingga sekarang para orang tua kita
banyak juga yang ,asih percaya dengan hal tersebut. Mereka mencari pertanda
dari suara cecak. Dalam bahasa bali cecak desebut cecek, cecek itu sendiri
memiliki makna titik (.). Ini mempunyai makna sebenarnya ilmu pengetahuan yang
kita warisi dalam bentuk tulisan itu berawal dari sebuah titik. Titik itu di
tarik dan berakhir pula pada sebuah titik dan membentuk pila yang disebut
aksara. Berkat titik-titik inilah segala jenis ilmu pengetahuan terekam hingga
sampai dapat kita warisi hingga sekarang ini. Sesungguhnya dengan ilmu
pengetahuanlah segala sesuatu dapat terjadi. Seperti halnya disebutkan dalam
Bhagavad Gita sloka 33.
Srayan dravyamayadyajnah jnanayajnah
parantapa sarvam karma ‘khalam partham jnane perisamapyate
Artinya:
Persembahan
berupa ilmu pengetahuan, perantapa lebih bermutu daripada persembahan materi;
dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar