Translate

Jumat, 08 Februari 2013

PANDANGAN MASYARAKAT YANG MEKANIS INDIVIDUALIS



PANDANGAN MASYARAKAT YANG MEKANIS INDIVIDUALIS

a)      Hanya ada individu-individu
Masyarakat tidak dilihat sebagai kesatuan organis atau badan yang berdiri sendiri, melainkan sebagai kejamakan (plurality), yang terdiri dari banyak individu, yang hanya dalam penampakan merupakan kesatuan. Kesatuan mereka bersifat semu. Sesungguhnya masyarakat terdiri dari kemauan-kemauan individual yang mampu memilih antara hidup bersama atau hidup sendirian. Bila mereka kebetulan memilih untuk hidup bermasyarakat, mereka tetap memiliki dan mempertahankan individualitas mereka masing-masing. Jadi individu mendahului masyarakat. Otonomi dan kebebasan individu merupakan nilai yang paling asli. Argumentasi yang mendasari teori individualistis ini, berbunyi sebagai berikut: “Keluarkanlah semua individu dari masyarakat, lalu masyarakat akan berhenti; tetapi bubarkanlah masyarakat serta lembaga-lembaganya, individu masih tetap akan ada!”
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) penah mendefinisikan masyarakat sebagai “kontrak sosial” yang diadakan antara pihak-pihak otonom. Dengan kata lain, tidak ada kaitan sosial batiniah yang dari dalam diri manusia mempersatukan mereka menjadi masyarakat. Tidak ada sosialitas berdasar relasi-relasi batiniah  yang menjadi individu mahkluk sosial. Individu bukan “sel”, sebab istilah ini mengandaikan adanya suatu antarhubungan dari dalam atau suatu posisi kedudukan fungsional didalamnya, tetapi individu lebih seperti atom ataupun molekul yang telah utuh dan sempurna dalam dirinya. Dengan sesukanya dia dapat berdiri sendiri dan juga dapat bebas memilih berhungan dengan zat yang lain. Individu tak lebih daripada inividu-individu yang mencari kombinasi. Manusia bersatu dengan orang lain hanya menurut struktur-struktur lahiriah. Individualistas merupakan sumsum masyarakat.
b)     Tidak ada evolusi atau perubahan sosial
Teori ini mengatakan bahwa sesungguhnya masyarakat tidak mengalami evolusi dan tidak maju. Ini disebabkan karena hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, sehingga masyarakatpun tidak berubah. Selalu ada dan akan ada konfrontasi dan aduan kekuatan  antara kekuatan antara pusat-pusat individual, konfrontasi disusul suatu orde atau keseimbangan baru, yang pada pokoknya tidak jauh berbeda dari yang lama.
Pandangan  diatas disebut dengan  the seesaw theory of history, maksudnya masyrakat diibaratkan seperi mainan ungkat-ungkit. Pada intinya masyarakat hanyalah mencari sebuah keseimbangan dan bukan perubahan. Meskipun pada suatu hal ada yang nampaknya mengalami perubahan tetapi itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu pertukaran posisi antar individu. Seperti contoh seperti orang yang kaya bangkrut dan ada orang yang dulunya miskin bangkit dan sukses menjadi orang kaya, itu hanya merupakan pertukaran posisi seperti roda yang berputar.

c)      Mekanisme sebagai bagan masyarakat
Masyarakat diibaratkan seperti mesin atau aparat raksasa yang digerakkan oleh roda pemerintahan, selayaknya mesin memiliki banyak suku cadang yang harus disatukan agar mampu dioperasikan, mereka disatukan dari luar dan mengadakan hubungan dengan lahiriah saja, sewaktu-watu dapat dibongkar lagi.
Sosiologi yang menggunakan organisme sebagai bagannya akan selalu menarik perhatian kepada masa depan, sebaliknya sosiolagi yang menggunakan mekanisme sebagai bagan akan mencoba mencari kebelakang guna mencari sebab-sebab semua gejala sosial.

2. Beberapa Tokoh Pendasar Mekanisme
* thomas Hobbes (1588-1679)
Pengalaman imperis adalah satu-satunya sumber pengetahuan ilmuah yang sah. Masyarakat hanyalah kumpulan individu yang egoisnya mengejar kepentingan mereka sendiri. Ini mengakibatkan perang dengan teman sendiri dan homo homoni lupus  dan rasa takut terjadi. Rasa takut ini mendorong orang untuk mengusahakan keseimbangan. Pada suatu ketika keseimbangan dengan menerapkan kekuatan fisik diganti derngan dengan hukum. Orang rela melepaskan sebagian kebebasannya kepada demi mendapat perlindungan hukum, keamanan dan barang yang dibutuhkan demi perkembangan hidupnya.
*john  locke (1632-1704)
Individu mengikat dirinya kepada hidup bernegara agar tercapai suatu keadaan dimana tak ada seorangpun yang lebih kuat daripada yang lain. Dimata hukum semuanya sama.
*hendry Charles carey (1793-1879)
Dalam bukunya yang berjudul principles of social science Ia mengatkan bahwa manusia adalah molekul masyarakat. Masyarakat dijadikan satu bukan karena ada naluri sosial didalamnya tetapi adanya gaya tarik menarik antar anasir-anasir yang positif dan negatif. Tiap anasir ditarik dan mmenarik sekaligus. Hukum ini desebut dengan gaya berat sosial dengan bunyi, “Semakin banyak orang yang berkumpul pada suatu tempat, semakin besar daya penariknya.”
            Kebudayaan juga dilihat sebagai hasil dari hukum-hukum mekanis, seperti contohnya molekul-molekul yang berputar dan berbenturan meraka akan bertukaran energi, baik panas, cahaya ataupun segalanya, namun dalam bidang sosial pertukaran yang terjadi adalah pertukaran gagasan-gagasan dan jasa-jasa.
B. VILFREDO PARETO (1848-1923)
1. Catatan Biografi
            Seorang berkebangsaan Italia, pada tahun 1869 ia mempertahankan tesisnya tentang ‘prinsip-prinsip dasar ekuailibrium yang berlaku pada badan-badan padat”. Ia pernah bekerja dalap kereta api sebagai insinyur dan pemimpin dan akhirnya dia terjun ke politik yang menentang pemerintah. Pada tahun 1882 Ia gagal sebagai anggota DPR dan suatu ketika Ia ditinggal istrinya ke Rusia hingga Ia menjadi prustasi dan pesimisme. Ia meninggal pada 19 Agustus 1923 di kota Celigny.
2. sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang positif
            Ia berpendapat sosiologi pada zamannya belum bermutu sesuai dengan yang diharap. Ia juga tidak menyetujui gelar August Comte sebagai bapak sosiologi. Pareto berpendapat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan imperis tidak bertujuan untuk menyebarluaskan gagasan tentang masyarakat yang ideal. Tetapi menyajikan fakta mengenai masyarakat yang nyata dan dapat ditinjau dan diuraikan oleh tiap-tiap orang. Sosiologi harus bersifat logis dan ekperimental. Preto mencita-citakan suatu sosiologi yang mendasarkan atas kreteria matematika rasional, yang selalu sah dan tidak berubah.
            Ada dua langkah sosiologi untuk menarik suatu pengertian masyarakat, yaitu yang pertama realitas sosial yang dialami sebagai serba aneka dan jamak, didasarkan oleh akal budi dan konsep ini disebut dengan konsepsual. Kedua, hasil konseptualisasi dan analisis harus disusun kembali, sehingga melukiskan masyarakat sebagaimana adanya.
3. masyarakat terdiri dari prilaku manusia
            Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh individu-individu. Ia membedakan antara prilaku logis dan nonlogis, dikatakan logis apabila prilaku itu direncanakan akal-budi dengan berpedoman pada tujuan. Sedangkan sesuatu prilaku yang tidak ada tujuan dan atau tidak mencapai tujuan disebut sebagai nonlogis.
            Ia mengatakan bahwa hampir segala sesuatu yang berhubungan dengan politik bersifat nonlogis, ada dua tipe prilaku nonlogis yang paling sering menonjol adalah: banyak orang yang berpikiran subjektif bahwa susuatu perlu dilakukan untuk mencapai tujuan padahal tidak ada hubungan antara objek antara tingkah itu dengan tujuan itu. Selanjutnya  seseorang mencapai sasaran sesuai dengan tujuan dan perhitungan yang diharapkan namun setelah semuanya tercapai  timbul suatu keadaan kebalikan dari apa yang diharapkan. Sejauh akibat-akibat negatif itu tidak diperhitungkan, Pareto menganggap hal itu tidak logis juga.
            Masyarakat yang ditegakkan oleh individu-individu senantiasa mencari suatu keseimbangan. Perasaan individu otomatis melawan sesuatu yang mengancam keseimbangan itu. Seandainya rasa otomatis itu tidak ada atau hilang dapat dikatakan bahwa masyarakat akan goyah, tapi masyarakat senantiasa mencari suatu keseimbangan hal ini menyebabkan terjadinya perang hanya dalam beberapa saat saja. pareto mangatakan bahwa sesungguhnya masyarakat itu bersifat konservatif.
            Manusia sesungguhnya tidak bebas, tetapi ia ditakdirkan untuk  menegakkan keadaan yang seimbang itu. Jika saja ada pergolakan sifatnya hanya semenatara dan merupakan masa peralihan dari keadaan seimbang sebelumnya ke masa seimbang berikutnya. Di antara stabilizing forces paret menyebutkan : kondisi-kondisi geografis berupa tanah, flora, fauna. Unsur-unsur pengaruh baik dari masyarakat-masyarakat luar maupun dari tradisi lama masyarakat sendiri  seperti pengaruh feodalisme di masa lampau. Unsur-unsur mekanis dalam diri manusia yang disebut ‘perasaan-perasaan’ yaitu naluri-naluri, residu-residu derivasi-derivasi, kepentingan dan faktor-faktor rasial dan etnis. Khusunya faktor sosio-psikologis inilah yang menggerakkan mesin masyarakat, menghasilkan prilaku nonlogis dan oleh karenanya disebut sebagai karburator masyarakat.
4. unsur-unsur mekanis dalam individu yang menegakkan sistem sosial dan melandasi keseimbangannya
a. residu-residu
     Diberikan istilah residu atau endapan karena struktur dasar manusia sama, mantap dan tidak berubah sepanjang peredaran zaman. Kondrat manusia telah ditentukan sehingga dengan sendirinya mengarah pada pola tertentu yang selalu sama. Selanjutnya semua golongan perbuatan manusia dapat digolongkan menurut beberapa jenis. Jenis-jenis ini menentukan adanya perbedaan struktural pada diri manusia. Satu pihak jenis-jenis itu harus dibedakan dengan naluri biologis manusia tetapi masih mirip dengan naluri-naluri dan mereka disebut dengan “residu-residu” yang membentuk keperibadaian seseorang.
            Ada sekitar 50 jenis residu tetapi hanya 6 yang paling menonjol, seperti :
1.      Orang-orang cenderung menggabungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu dengan yang lain sehingga menjadi kombinasi baru
2.      Kecenderungan untuk mempertahankan suatu kombinasi yang sudah pernah dibuat. Residu ini disebut dengan the persistence of aggregates. Residu ini menerangkan bertahannya adat-istiadat, moral, agama dan struktur perkawinan. Residu ini mengimbangi kecenderungan kearah perubahan  dan pencarian kombinasi baru, dan merupakan salah satu mekanisme penting bagi keseimbangan masyarakat.
3.      Adanya kecendrungan untuk mengungkapkan emosi secara lahiriah melalui tangisan, teriakan, tepuk tangan dan sebagainya.
4.      Sosialisasi atau kecenderungan untuk bersatu dengan orang lain. Residu ini mengekibatkan terciptanya suatu organisasi-organisasi  baik itu masyarakat dan di dalam lingkungan keluarga.
5.      Kecenderungan untuk mempertahankan diri sebagai individu yang utuh. Setiap individu selalu berusaha untuk menjaga nama baiknya. Ia akan melawan orang lain untuk memperjuangkan  kedudukan dan kepentingannya.
6.      Kecendrungan untuk mengarahkan dan mengungkapkan seksualitas.
Dari keenam residu-residu diatas sesungguhnya dapat dibagi menjadai dua kelompok yaitu kelompok yang aktif dan produktif pada diri manusia (residu pertama dan ketiga), dan kelompok kedua yang  meliputi kecendrungan yang konservatif dan konformistis.
b. derivasi-derivasi
            Manusia tidak hanya tidak hanya merasa diri didorong untuk bertindak atas cara tertentu, melainkan juga untuk membenarkan dan mempertanggung-jawabkan tindakannya secara teoritis. Tanpa itu manusia akan merasa gelisah dan penghormatannya sebagai manusia akan merasa lebih rendah. Kelakuan yang sebenarnya berasal dari sentimen dan residu yang bercirikan nonlogis dan tidak wajar dirasionalisasikan secara buatan. Rasionalisasi dan pembenaran atas perbuatan yang nonlogis disebut dengan derivasi. Deverisiasi ini sesungguhnya artinya penurunan, karena pembenaran atas teori berasal atau diturunkan oleh suatu perbuatan. Sesungguhnya manusia menciptakan sejumlah teori untuk menjelaskan atas cara rasional kelakuannya yang bukan rasional.
            Pareto mangatakan bahwa, derivasi-derivasi dengan mudah diganti-ganti, tetapi residu-residu yang menentukan pola prilaku manusia tetap sama. Ada tiga jenis derivasi yaitu :
1.      Cara menyatakan diri yang paling sederhana dengan mengatakan sesuatu memang sudah begini atau begitu. Sesuatu itu sudah muthlak dan mentok hanya seperti itu saja.
2.      Dengan cara menampung pada kewibawaan orang lain atau  kekuasaan Tuhan sendiri.
3.      Orang dengan mudah akan dapat membenarkan sesuatu yang dianggapnya cocok atau bersesuaian dengan perasaan, kepentingan, atau keinginan mereka.
c. kesukaan
            Orang biasanya tidak membuat derivasi atau pembenaran untuk hobi atau kegemaran mereka. Jadi boleh dikatakan bahwa kesukaan berbeda dari residu hanya sejauh kecenderungan ini mendasari perilaku yang tidak dimasalahkan, tidak didiskusikan atau perlu dirasionalkan.
d. Kepentingan
       Semua individu dan golongan digerakkan dan dirangsang oleh apa yang menjadi kepentingan mereka dalam bentuk barang, kedudukan, atau kekuasaan. Kepentingan ini digunakan untuk naluri seseorang yang mencari kenikmatan atau keuntungan semaksimal mungkin tetapi dengan pengorbanan seminimal mungkin.
e. Heterogenitas sosial
            Tiap individu tidaklah sama dilihat dari intelektual, moral, fisik, kita harus mengatakan bahwa masyarakat sepenuhnya berbeda.  Masyarakat terdiri dari banyak-banyak kelompok dan golongan, yang atas caranya sendiri-sendiri berinteraksi satu sama lain. Dalam tiap kelompok pasti ada saja seseorang yang muncul sebagai sesuatu yang lebih dan dijadikan ‘elit’. Orang elit ini adalah orang yang paling berpengaruh di dalam kelompok. Dibidang pemerintahan negara orang itu mampu memperoleh kedudukan dan kekuasaan, entah dengan cara kekerasan fisik, siasat dan strategi politik tetentu.
            Apabila orang yang tidak termasuk kaum elit yang berkuasa dan kaum elit menjadi rakyat biasa disana kita dalam keadaan yang disebut dengan ‘pergantian kaum elit’. Apa yang disebut dengan perubahan politik, perubahan haluan negara dan revolusi pada pokoknya hanya merupakan pergantian kaum elit yang berkuasa.
            Kaum elit yang merebut kekuasaan dengan kekuatan fisik disebut sebagai ‘the lions’, sedangkan jika kaum cerdik dan pintar dan memakai taktik bohong untuk mengelabuhi yang berkuasa disebut dengan ‘the foxes’. Suatu saat ‘the foxes’ menggantikan ‘the lions’ yang berkuasa namun tak selang beberapa lama kembali ‘the lions’ merebut kekuasaan ‘the foxes’. Demikian terus berulang dan berulang. Sesungguhnya sejarah tidak ada yang ada hanya sebuah pengulangan hanya saja dengan cover yang berbeda. Sebab unsur-unsurnya telah ada sebelumnya.
5.      Sekedar evaluasi
Rasa benci terhadap manusia meresapi sosiologi pareto. Terpengaruh oleh pengalaman pribadi yang pahit getir, ia melukiskan manusia dan masyarakat sebagai produk dan manifestasi dan naluri bawaanya yang buta. Ia bukan makhluk yang terhormat rasionalitasnya hanya memainkan peranan yang minimal dan sekunder dalam hidup.
Sosiologi Pareto yang bertujuan untuk menelanjangi masyarakat dan memperlihatkan keadaan yang sebenarnya merupakan ilmu pengetahuan yang suram, memalukan dan menyedihkan. Orang sederhana dianggap tidak kuat untuk mengenal kebenaran tentang diri mereka. Maka dari itu Pareto setuju bahwa berdasar alasan praktis mereka sebaiknya dikelabuhi saja yakni dibuat percaya akan nilai-nilai moral yang sedang berlaku. Sebaiknya rakyat biasa dibiarkan bodoh saja dan ditidurkan oleh agama dan cinta tanah air atau patriotisme. Tidak ada gunanya untuk menerangkan kepada mereka keadaan yang sebenarnya.
Manusia mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan semaunya sendiri. Kebebasannya sendiri berarti bahwa kelaukuannya tidak diterminir dari luar maupun dalam, tetapi dipertimbangkan oleh manusia sendiri. Pada tiap diri manusia memiliki naluri dan kecenderungan spontan bersifat biologis dan psikis namun :
a.       Naluri-naluri itu tidak sedemikian lengkap dan memadai serta menjamin kelangsungan dan perkembangan hidupnya sebagai manusia.
b.      Mereka merupakan bagian situasi yang dibawah kontrolnya, dan terhadap ia bertanggung jawab.
Manusia tidak memiliki sarana-sarana biologis dan psikologis yang diperlukan demi ketahanan, perlindungan dan perkembangan hidupnya, ia harus membuat sendiri. Hasil buatan manusia itu kita sebut dengan kebudayaan. Ia bebas dalam menentukan isi dan bentuknya. Dalam berinteraksi dengan orang lain ia menghasilkan sesuatu baik sandang, papan maupun pangan, alat kerja , adat istiadat, pengetahuan, hukum, bahasa  dll.
Pandangannya juga mengatakan bahwa pergantian kaum elit tidak dapat dipertanggung jawabkan. Disini ia memberikan dua alasan yang mendasar yaitu:
a.       Distingsi yang dibrikan kepada orang yuang cakap dan tidak cakap tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak ada orang yang menguasai segala bidang kehidupan dengan kecerdasannya, orang selalu mempunyai bakat yang lebih pada satu bidang saja.
b.      Setiap orang mempunyai kreteria tersendiri untuk mengatakan orang itu unggul, sedang atau rendah. Karena yang digunakan adalah kreteria yang berbeda maka seorang olahragawan, agamawan, sastrawan dan lain-lain tidak akan dinilai sama di semua masyarakat. Tinggi rendahnya status seseorang tergantung dari nilai-nilai yang dipegang di suatu masyarakat. Sehingga pergantian pemimpin  mempunyai hubungan dengan perubahan nilai-nilai budaya.
Pereto mengatakan bahwa tiap-tiap masyarakat demi kepentingannya perlu dipimpin oleh suatu kaum elit. Orang cakap harus diberi kesempatan untuk naik di tangga hirarki. Sedangkan orang yang tidak cakap harus dapat dicopot dari posisi tinggi mereka. Menurut kenyataan masyarakat merupakan suatu sistem kasta, dimana orang yang sedang berkuasa saling melindungi dan membela. Sistem kongkalikong seperti ini menimbulkan ketegangan dan kegawatan.
Antagonisme antara pihak yang berkuasa dengan oposisi dan pergantian kaum elit dilukiskan oleh pareto sebagai konflik antara the lions (tipe manusia yang meliteristis) dengan the foxes (tipe manusia yang lebih mementingkan kecerdasan dari keberanian).
Pareto telah memimpikan dan mencita-citakan suatu keadaan tercapailah keseimbangan antara kedua golongan elit. Mereka memegang pucuk pimpinan secara silih berganti. Tetapi dalam praktek masyarakat dibawah pemerintah apapun harus mencari-cari kompromi dan keseimbangan antara yang lama dengan yang baru, antara tradisi dengan inovasi antara mereka yang mau berjalan terlalu cepat dan mereka yang terlalu lambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar